Pindah Jalur

Wednesday, October 08, 2014



"Sekarang kerja dimana, mo?"
"Di ***** (jaringan bioskop), jadi Film Programmer"
"Wuiihhh, lo banget ya. Minta tiket gratisnya donk!"
---------------------------------------------------------

Mungkin agak berlebihan, tapi diantara semua jenis pekerjaan yang pernah gue lakukan, pekerjaan tersebut yang paling membuat gue bangga ketika gue ditanya sama teman lama. Apalagi di momen kondangan teman kuliah dimana pertanyaan tersebut adalah pertanyaan wajib nomor satu yang harus ditanyakan setelah nyapa (dan nge-gap sama siapa ;p).

Long story short, I've got accepted on my "dream" job. Jauh banget dan ga ada hubungannya sama dunia psikologi memang. Tapi gue ingat almarhum bokap gue pernah bilang ketika lagi bahas calon pekerjaan yang akan gue lakukan ketika gue lulus kuliah nanti,
"Kerja apapun, ga berhubungan sama kuliah gapapa, yang penting happy dan dapet duit"
Nulis ini jadi inget, hari-hari terakhir sebelum bokap gue meninggal; ngeliat gue baru pulang kerja langsung jenguk ke rumah sakit, beliau nanya dengan susah payah ke kakak gue,
"Itu adikmu seneng ga kerjanya?"

Waktu itu gue masih kerja kontrak 3 bulan di Million Pictures, jadi Media Relation buat film Negeri 5 Menara. Gue ga bisa spontan bilang "iya", mengingat pekerjaan itu gue ambil hanya untuk isi waktu sebelum gue ngejalanin MT di Wahana Visi Indonesia. Ya namanya kerjaan buat ngisi waktu yak, pasti ga gitu fulfilling juga sih.

Tapi semenjak bokap nanya itu, gue jadi seakan terbebani untuk menjalani pekerjaan yang gue senangi. Well, as simple as letting know my dad that I'm happy, so he'll happy as well.

Masalahnya, pekerjaan macam apa yang bikin gue happy?
Nah itu adalah pertanyaan yang cukup sulit untuk dijawab.

Secara umum, ada dua bidang yang gue minati sebagai pekerjaan; psikologi dan film. Apalagi dua bidang ini juga secara tidak disengaja tercerminkan oleh CV gue, tapi yang satu di ranah freelance dan pekerjaan tetap, yang satu lagi di ranah volunteer.

Bidang psikologi sendiri juga cakupannya cukup luas, dan berhubung gue orangnya pemilih (termasuk calon gebetan dan calon pacar #eh), cuma ada beberapa jenis pekerjaan di bidang psikologi yang gue minat. Coba gue bahas satu-satu deh secara singkat.


Sosial Humanitarian
Bidang pekerjaan ini adalah salah satu "dream" job gue (kok dream job gue banyak bener sik??). Kalo yang ini karena gue ngambil jurusan minor Psikologi Sosial dan jatuh cinta pada metode serta efeknya pada masyarakat luas. Tujuan mulia dari bidang pekerjaan ini sangat sesuai dengan prinsip hidup gue untuk membuat dunia yang lebih baik bagi anak-cucu gue. Apalagi gue sangat jatuh cinta dengan konsep community development dengan pendekatan partisipatif. Salah satu teori yang gue dapatkan di masa kuliah yang gue penasaran mampus untuk mempraktekkannya di dunia nyata. Ah!

Tapi sayang, rasanya minat gue akan bidang pekerjaan ini belum direstui oleh alam semesta. Semenjak lulus kuliah, gue sudah membangun jalan menuju kesini dengan menjadi sukarelawan di berbagai kota dan negara - dan berharap CV yang warna-warni ini akan membantu gue mendapatkan pekerjaan di salah satu NGO besar, atau bahkan tujuan utama setiap anak Psikologi Sosial; United Nations!

Semua itu kandas. Kandas ketika gue memutuskan untuk resign dari Wahana Visi Indonesia, karena lebih memilih bekerja di dalam kota dan menemani nyokap gue selepas kepergian bokap gue. Karena ketika gue melanjutkan di WVI setelah lulus MT, gue harus mau ditempatkan di lokasi terpencil selama minimal 2 tahun. Entah mengapa, setelah gue resign dari WVI, gue malah ga pernah dapat pekerjaan di NGO lagi setelah mengirimkan puluhan CV ke berbagai NGO. Kesempatan paling besar datang ketika gue dipanggil wawancara oleh UNHCR. Diwawancarai oleh tiga direktur, untuk kemudian gue tidak dipanggil lagi dalam proses selanjutnya.


Bye.



Training

Bidang pekerjaan ini menjadi pilihan kedua gue ketika gue menyadari bahwa alam semesta tidak berminat menaruh gue di bidang sosial. Bidang ini gue pilih karena gue cukup suka bertemu dengan orang baru, dan seakan gue memiliki passion untuk mengajarkan sesuatu kepada orang lain. Passion ini gue temukan setelah gue menikmati berbagai proses gue sebagai pelatih teater di gereja gue. Gue bisa mengidentifikasi hal apa yang perlu diajarkan lebih lanjut, dan metode menarik seperti apa yang cocok untuk diajarkan kepada orang-orang dengan karakteristik tertentu. Well you know that you love what you're doing if you can make a creativity out of your task.

Kalau yang ini sepertinya universe cukup setuju dengan gue. Gue cukup nyaman berada di education consultant yang kemarin itu. Gue bisa mengembangkan modul sendiri, plus dapat kesempatan untuk membawakan materi yang gue susun sendiri dengan menjadi trainer. Pengalamannya jadi dobel; bikin modul dan trainer. Sayang kantornya tutup.


Bye.



Film

Kalo yang ini sih hobi. Emang gue hobi nonton dan kalo orang bilang sih, gue itu "passionate for films". Hobi yang gue wujudkan untuk mendapatkan uang dari situ, dengan jadi volunteer di berbagai festival film. Bikin ulasan film di blog dan masang iklan juga - tapi sayang iklannya jarang ada yang ngeklik *meh*.

Gue sih sama sekali ga nyangka untuk bisa bekerja penuh waktu di bidang pekerjaan ini. Sampai suatu ketika ya itu, ada teman gue orang recruitment yang telp dan nawarin gue pekerjaan ini. Yang ketika gue tanya syaratnya apa, dia cuma bilang,
"Suka film!"

Damn!


Ya mengingat bagaimana ciong-nya gue sama bidang pekerjaan psikologi, plus gue memiliki cukup potensi untuk mencoba bidang pekerjaan film. Jadi ya gue coba aja. Sembari dipenuhi kesadaran bahwa once I jump over to another lane, it'll be difficult to back on psychology track. Apalagi di umur gue yang udah late twenties ini, rasanya kemapanan adalah hal yang cukup penting untuk dikejar.

Berkarir di dunia perfilman? Dengan sekarang ada 3 jaringan bioskop di tanah air - dan rencana bakal nambah 1 jaringan lagi - gue rasa bisnis bioskop sedang berkembang di Indonesia. Apalagi jabatan yang gue pegang cukup unik dan membutuhkan kemampuan khusus; menganalisa film-film apa yang bakal laku di pasaran, sekaligus menempatkan film pada showtime dan site sestrategis mungkin. Ahay!

So here I am. Menjalani hidup dan karir yang baru dan berbeda. Sebuah pekerjaan dimana 4 tahun kuliah di Psikologi Atma Jaya ga gitu kepake, kecuali kemampuan Microsoft Excel dan kemampuan menganalisa data statistik. Goodbye module making and development, goodbye training project management, goodbye social and humanitarian work.

Welcome film business!

Oya, gue emang ga pernah suka kerja di retail. Gue pernah jadi trainer di perusahaan furniture itu, tapi gue gak betah. Bener kata orang, bekerja di retail - posisi apapun itu - you have to love its product.

And I love films.

Dan setidaknya, gue bisa bilang dengan bangga apa pekerjaan gue dengan semua orang yang nanya ke gue di setiap momen kondangan :D

You Might Also Like

0 comment(s)

About Me

Timo - a full-time explorer, a part-time writer, a film programmer, a movie passionate, an author of Sobekan Tiket Bioskop